Jumat, 21 September 2007

AGAMA BUDDHA DAN DAYAK

pakah suku Dayak ada yang menganut agama Buddha? Jawabnya adalah ya! Ada orang-orang dalam suku Dayak menganut ajaran Buddha. Salah satu suku pribumi Kalimantan Barat khususnya Dayak Bukit/Kandayan telah mengenal Buddhisme. Berawal dari perkenalan dengan tokoh-tokoh Buddhis Kalimanan Barat di Pontianak yakni Bapak Cipta Wijaya Salim (almarhum), Aliong, A-Buai/lbu Ratna dan Lilianti. Dari beliau-beliau inilah sekitar 2000 jiwa masyarakat Dayak secara serempak menyatakan diri sebagai penganut Agama Buddha dan menyatakan berlindung pada Sang Triratna, peristiwa ini terjadi pada tahun 1991 di Desa Senakin.

Melihat perkembangan yang begitu pesat tokoh masyarakat Dayak yang telah menyatakan berlindung pada Triratna beserta tokoh-tokoh dari Pontianak menyatakan cita-citanya untuk mempunyai tempat ibadah, sehingga dapat melaksanakan ritual-ritual Buddhis bersama seperti agama-agama lainnya. Namun, saat itu kesulitan mendapatkan tempat/lahan untuk membangun sebuah vihara disertai kurangnya dana, maka cita-cita tersebut belum dapat direalisasi. Pada tahun 1992, seorang umat Buddha merelakan rumah yang dimilikinya untuk ditempati sementara dan dialihfungsikan sebagai vihara sementara. Dengan adanya vihara di Pontianak, pada saat itu semakin meningkatkan laju perkembangan Buddha Dhamma di Pedalaman Kalimantan Barat. Pembinaan pun dirasakan sangat baik, pada saat itu ditambah lagi dengan datang tokoh Buddhis dari Jakarta yakni Romo Purna Candra dan Romo Karuna Atmaja. Cita-cita yang tadinya pernah padam hidup kembali, namun cita-cita tersebut kembali buyar oleh karena sulitnya mendapatkan lahan yang tepat untuk pembangunan Vihara.

Pada tahun 1994, pembangunan baru dapat dilaksanakan setelah mendapatkan lahan seluas 300 m2 yang berasal dari hak hibah. Pada tahun 1994 diadakan Visudhi Upasaka/Upasika oleh tiga orang Romo, yakni Romo Karuna Atamaja, Romo Purna Candra dan Romo Sasana dari Jakarta yang mevisudhi Upaska/Upasika sebanyak 200 orang, dilaksanakan sesuai tradisi Tantra (Kasogatan). Dengan berakhirnya upacara Visudhi, mulai saat inilah pembinaan dirasakan semakin kurang dan umat disana harus berdiri di kakinya sendiri. Dengan pemahaman yang masih dangkal, yang hanya diperoleh melalui diklat-diklat selama semingggu di Kotamadya Pontianak akhirnya perkembangan Buddhisme menjadi terseok-seok. Sehingga pada tahun 1996-2002 Umat Buddha di pedalaman Kalimantan Barat, setengah dari jumlah yang ada pada saat itu berpindah ke agama lain, karena mereka memiliki pemahaman yang kabur tentang agama Buddha dan juga dikarenakan teror-teror yang dilakukan oleh oknum-oknum umat agama lain yang tidak bertanggung jawab.

Ajaran-ajaran Buddha dapat diterima ditengah masyarakat Dayak, karena kedekatan ajarannya dengan budaya Dayak, yaitu kesamaan dalam tradisi untuk tidak menghilangkan kehidupan makhluk sekecil apapun yang dikenal dengan nama “Balala”. Balala dilakukan saat musim membuka ladang akan tiba. Dalam kepercayaan adat Dayak juga dikenal adanya alam-alam lain diluar alam manusia dan kepercayaan adanya kelahiran kembali setelah kematian. lstilah Tuhan dalam kepercayaan Dayak dikenal dengan nama Pamma Jubatta. Jubatta tidak menciptakan manusia. Jubatta hadir hanya mengatur dan menguasai seluruh alam dan merupakan sosok yang sempurna. Namun tidak dapat dikatakan sebagai penyebab terjadi segala sesuatu yang terjadi di dunia. Manusia dalam kepercayaan Dayak diciptakan oleh makhluk diluar dunia yang ada saat ini. Terbentuknya manusia berada di suatu tempat yaitu Panara Subayatn (Surga) yang di lakukan oleh DA'NEK NANGE. Apabila mencermati kata DA'NEK NANGE, NEK NANGE bukanlah merupakan suatu pribadi, tetapi suatu kumpulan makhluk-makhluk yang bekerja sama dalam pembentukan manusia. Jadi penciptaan manusia bukanlah oleh suatu pribadi, tetapi lebih dekat dengan hukum-hukum alam yang digambarkan melalui orang-orang atau makhluk-makhluk Adi Kodrati. Disinilah titik ketertarikan orang-orang suku Dayak untuk memeluk agama Buddha.

Tidak ada komentar: